Kamis, 28 Maret 2013

Metode Ilmiah


Metode ilmiah merupakan suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama.
Metode Ilmiah memiliki ciri-ciri keilmuan, yaitu :
1.      Rasional: sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia
2.      Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca indera
3.      Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah logis.

Syarat-syarat Metode Ilmiah, diantaranya :
1.      Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta empiris.
2.      Metodik, artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
3.      Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan.
4.      Universal, artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama.

Sifat Metode Ilmiah :
1.      Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu).
2.      Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
3.      Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).

Pola pikir dalam metode ilmiah :
1.      Induktif:  Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup terbatas dalam menyusun argumentasi dan terkait dengan empirisme.
2.      Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogismus dan terkait dengan rasionalisme.
Langkah – langkah Metode Penelitian, diantaranya :
a. Perumusan masalah
Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika kita tertarik pada sesuatu hal.     Ketertarikan ini karena manusia memiliki sifat perhatian. Pada saat kita tertarik pada sesuatu, sering timbul pertanyaan dalam pikiran kita. Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai suatu objek serta dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan objek tersebut. Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.

b. Pembuatan kerangka berfikir
Pembuatan kerangka berfikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antar berbagai faktor yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Pembuatan kerangka berfikir menggunakan pola berfikir logis, analitis, dan sintesis atas keterangan-keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Hal itu diperoleh dari wawancara dengan pakar atau dengan pengamatan langsung.

c. Penarikan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun hipotesis. Masalah yang dirumuskan harus relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.

d. Pengujian Hipotesis/eksperiment
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang mendukung hipotesis.

e. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.
SIMPULAN: Metode Ilmiah sebagai wahana peneguh Ilmu Pengetahuan, dengan cara:
-Mengadakan deskripsi, menggambarkan secara jelas dan cermat hal-hal yang dipersoalkan.
-Menerangkan/Eksplanasi, menerangkan kondisi-kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa peristiwa/gejala.
-Menyusun Teori, mencari dan merumuskan hukum-hukum mengenai hubungan antara kondisi yang satu dengan yang lain atau hubungan peristiwa yang satu dengan yang lain.
-Membuat Prediksi/Peramalan, membuat ramalan, estimasi dan proyeksi mengenai peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi atau gejala-gejala yang akan muncul.
-Melakukan Pengendalian, melakukan tindakan guna mengendalikan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala.
Teori Kebenaran Ilmiah
1.      Teori koherensi : pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu bersifata koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya : setiap manusia akan mati, maka di fulan pasti akan mati.
2.      Teori korespondensi : pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Ibu kota Indonesia adalah Jakarta, dan memang faktanya ibukota Indonesia adalah Jakarta.
3.      Teori pragmatis, ialah kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau memiliki kegunaan dalam kehidupan manusia.

Contoh Kasus Yang Berkaitan Dengan Metode Ilmiah

Uji Manfaat Kulit Buah Manggis Yang Memiliki Kandungan Zat Xanthone

A. Latar Belakang Masalah
Buah merupakan bahan pangan yang dibutuhkan oleh setiap manusia, karena buah menghasilkan vitamin yang dapat menyehatkan untuk tubuh. Biasanya konsumsi buah hanya daging buahnya saja, sedangkan kulitnya kurang terlalu dimanfaatkan. Padahal kulit buah tidak selalu harus dibuang. Sebab, terkadang masih ada manfaat yang bisa diambil dari kulit buah yang kita konsumsi, salah satunya adalah kulit buah Manggis.
Buah bernama Latin Garcinia mangostana L. ini termasuk famili Guttiferae dan merupakan spesies terbaik dari genus Garcinia. Manggis termasuk buah eksotik yang sangat digemari oleh konsumen, baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang lezat, bentuk buah yang indah, dan tekstur daging buah yang putih halus. Tidak jarang jika manggis mendapat julukan Queen of tropical fruit (Ratunya Buah-buahan Tropik).
            Penelitian buah manggis ternyata tidak hanya dilakukan pada buahnya saja, tetapi dilakukan juga penelitian terhadap kulitnya. Ternyata hasil penelitian tersebut membuahkan hasil yaitu ditemukan kandungan zat xanthone di dalam kulit buah manggis. Xanthone merupakan bahan aktif bersifat antikanker dan antioksidan yang sangat tinggi. Bahkan, beberapa kali lipat melebihi kekuatan vitamin C dan E. Kandungan antioksidan kulit manggis 66,7 kali wortel dan 8,3 kali jeruk,” kata ahli teknologi pangan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Dr Ir Raffi Paramawati

            Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak kulit manggis mempunyai aktivitas melawan sel kanker meliputi breast, liver, dan leukemia. Selain itu, juga digunakan untuk antihistamin, antiimpflamasi, menekan sistem saraf pusat, dan tekanan darah, serta antiperadangan. Kulit buah juga mengandung antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside. Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan kulit manggis. Kulit buahnya mengandung senyawa pektin, tanin, dan resin yang dimanfaatkan untuk menyamak kulit dan sebagai zat pewarna hitam untuk makanan dan industri tekstil, sedangkan dan getah kuning dimanfaatkan sebagai bahan baku cat dan insektisida.Efek biologi & farmakologi
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut penelitian ini diarahkan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: apakah ekstrak kulit buah manggis yang memiliki zat xanthone memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan tubuh manusia, dan dapat mengobati berbagai penyakit ?

C. Tujuan Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek zat xanthone kulit buah manggis terhadap tubuh dan mengetahui kandungan kimia yang ada di dalam ekstrak tersebut.
D. Tinjauan Pustaka
1. Zat xanthone
Zat xanthone adalah senyawa bioaktif yang berstruktur cincin enam karbon dengan kerangka karbon lengkap. Xanthone memiliki gugus hidroksida (OH) yang efektif mengikat radikal bebas di dalam tubuh. Xanthone juga merupakan bioflavonoid yang merupakan antioksidan, antibakteri, antialergi, antitumor, antihistamin, dan antiinflamasi. bersifat  Nilai oxygen radical absorbance capacity (ORAC) xanthone mencapai 17.000-20.000. Bandingkan dengan sumber antioksidan lain seperti anggur yang “hanya” 1.100; sedangkan apel (1.400).

2. Buah Manggis
·         Kandungan Kimia
Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram meliputi 79,2 gram air, 0,5 gram protein, 19,8 gram karbohidrat, 0,3 gram serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0,9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C, vitamin B (tiamin) 0,09 mg, vitamin B2 (riboflavin) 0,06 mg, dan vitamin B5 (niasin) 0,1 mg.

3. Kulit Buah Manggis
·         Kandungan Kimia
Kulit buah mengandung senyawa Xanthone yang meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa mangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan gartanin. Senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan. Alfamangostin-antioksidan kuat dan bagian kelompok xanthone-meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan katabolisme very low density lipoprotein (VLDL). Itu lipoprotein berdensitas sangat rendah. Berkat enzim lipoprotein lipase, VLDL yang kaya trigliserida itu terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Hasil samping penguraian berupa kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein yang akan dipindahkan ke HDL. Akibatnya kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL turun; kadar HDL atau kolesterol baik meningkat. Alfamangostin dan garcinon-E menghambat proliferasi sel kanker dengan mengaktivasi enzim kaspase 3 & 9 yang memicu apoptosis atau program bunuh diri sel kanker

4. Manfaat Kulit Buah Manggis
·         Antiinflamasi
Inflamasi berarti terjadi peradangan di tubuh bukan akibat mikroorganisme atau non-infeksi. Gejala yang mudah terlihat dari peradangan itu adalah gejala panas, kemerahan, dan bengkak yang seringkali disertai rasa nyeri. Inflamasi yang timbul dapat mengganggu proses di tubuh terutama pada jaringan mikrovaskuler. Kulit manggis yang banyak memiliki xanthones dapat berperan sebagai antiinflamasi atau antiradang. Peneliti dari Department of Pharmaceutical Molecular Biology, Graduate School of Pharmaceutical Sciences Universitas Tohoku di Jepang seperti tertuang di jurnal Biochemical Pharmacology pada 2002 menyimpulkan pada percobaan memakai mencit, kandungan xanthones pada manggis dapat menghambat aktivitas prostaglandin E2 (PGE2). Aktivitas itu penting dihambat karena prostaglandin bersama berbagai sitokin dapat menginduksi enzim cyclooxygenase (COX) 2 yang memicu timbulnya rasa nyeri, seperti sehabis operasi. Selama ini COX 2 dihambat dengan pemberian obat antiinflamasi non steroids (AINS) yang dikenal sebagai COX inhibitor. Beberapa studi juga memperlihatkan peran xanthones sebagai antiinflamasi. Riset dari Departemen of Pharmaceutical Biology dari Universitas Tohoku juga menjelaskan alpha mangostin dapat menghalangi pembentukan histamine. Histamin merupakan protein yang terlibat dalam berbagai reaksi alergi di tubuh dan menyebabkan peradangan sehingga secara langsung dapat meningkat tekanan darah yang memicu hipertensi. Histamine juga dapat menyebabkan penyempitan pada jaringan otot halus.

·         Antikanker
Sifat antikanker juga dimiliki oleh manggis. Pada 2002, peneliti dari Departement of Microbiology, Faculty of Pharmacy Universitas Mahidol di Thailand pada 2002 telah meriset 8 jenis tanaman herbal yang memiliki sifat antikanker terhadap aktivitas adenokarsinoma di saluran payudara—kanker payudara—dengan menggunakan MTT assay. Riset itu menyimpulkan kandungan alpha mangostin pada manggis memiliki efek terkuat dalam menimbulkan efek apoptosis atau kematian sel-sel kanker. Penelitian serupa yang dilakukan tim dari Tumor Pathology Division, Faculty of Medicine, Universitas Ryukyus di Okinawa, Jepang, juga menjelaskan hal serupa saat melakukan percobaan menggunakan mencit untuk melihat kemampuan alpha mangostin menghambat pertumbuhan sel-sel kanker kolon selama 5 minggu perlakuan. Riset itu menyimpulkan alpha mangostin potensial digunakan sebagai kemopreventif. Senyawa garcinone E yang merupakan bagian dari xanthones juga tak kalah ampuh menumpas kanker. Penelitian yang dilakukan oleh Medical Research and Education Departement of the Veterans General Hospital di Taipei, Taiwan maupun tim dari Departement of Chemistry, Faculty of Science Universitas Srinakharinwirot di Thailand, menunjukkan senyawa garcinone E memiliki sifat apoptosis kuat terhadap sel kanker paru-paru. Riset yang memakai 6 jenis senyawa xanthones itu juga memberikan kesimpulan bila senyawa garcinone E dapat dipertimbangkan sebagai salah satu bahan untuk mengobati berbagai jenis kanker.

·         Penyakit lain
Tidak hanya antiinflamasi dan antikanker yang telah diteliti mendalam. Kemampuan senyawa di manggis untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh saat melawan infeksi juga telah di teliti oleh periset dari Departement of Clinical Microscopy, Faculty of Associated Medical Science Universitas Chiang Mai di Thailand. Penelitian itu menyimpulkan ekstrak kulit manggis mampu membunuh bakteri melalui mekanisme stimulating phagosit atau sel bakteri saling memakan. Penyakit tuberkulosis yang menjadi salah satu penyakit pencabut nyawa terbesar di negara-negara dunia ketiga juga dapat disingkirkan dengan senyawa xanthones. Riset tim Departemen of Chemistry Universitas Srinakharinwirot di Thailand menjelaskan alpha mangostin, beta mangostin, dan garcinone B pada senyawa xanthones berefek menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Hal ini menjadi penting karena pemberian antibiotik untuk mengobati penyakit TBC itu semakin hari tidak efektif lantaran Mycobacterium tuberculosis telah kebal. Studi lain memperlihatkan kandungan senyawa aktif pada manggis juga diduga kuat dapat menjadi antijamur dan antivirus. Sebagai antivirus, mekanisme itu dapat terjadi lantaran senyawa aktif pada manggis memang memiliki kemampuan meningkatkan sistem kekebalan tubuh alami. Virus yang sejauh ini tidak dapat berkembang apabila sistem imun di tubuh baik. Hal ini dapat menjadi kabar baik bagi penderita HIV yang memiliki sistem kekebalan tubuhnya rendah.

E. Landasan Teori
Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap kulit buah manggis mengatakan bahwa kulit buah manggis mengandung zat xanthone yang merupakan antioksidan tingkat tinggi. Di alam ada sekitar 200 jenis xanthone, sejumlah 50 diantarnya ditemukan di kulit manggis Kandungan antioksidan kulit manggis 66,7 kali wortel dan 8,3 kali jeruk.. Dari ke-50 senyawa itu yang paling banyak dilaporkan memiliki efek farmakologis adalah alfamangostin, gammamangostin, dan garsinon-E. Senyawa yang paling banyak memiliki efek farmakologis adalah alfamangostin, betamangostin, dan garcinon-E. Pemeran utama pembasmi sel kanker ialah alfamangostin dan garcinon-E. Keduanya menghambat proliferasi sel kanker dengan mengaktivasi enzim kaspase 3 dan 9, yang kemudian memicu apoptosis atau program bunuh diri pada sel kanker. Alfamangostin juga mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dengan merangsang sel pembunuh alami yang mempunyai tugas membunuh sel kanker dan virus. Mangostin bersama dengan gammamangostin berperan sebagai antioksidan,yang mampu mencegah aktivitas HIV-1. Kekebalan tubuh meningkat karena antioksidan itu, maka virus penyebab HIV/AIDS pun mampu terhambat perkembangannya.

F. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas, maka didapatkan suatu hipotesis yaitu : kulit buah manggis memiliki unsure zat xanthone yang sangat berguna dan baik untuk tubuh manusia

METODE ILMIAH
· Judul : Uji Manfaat Kulit Buah Manggis Yang Memiliki Kandungan Zat Xanthone
· Rumusan Masalah : apakah ekstrak kulit buah manggis yang memiliki zat xanthone memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan tubuh manusia, dan dapat mengobati berbagai penyakit ?
· Variabel Bebas : Kulit Buah Manggis
· Variabel Terikat : zat xanthone
· Hipotesis Alternatif : Ada efek kesehatan tubuh apabila mengkonsumsi kulit buah manggis
· Hipotesis Nol : Tidak Ada efek kesehatan tubuh apabila mengkonsumsi kulit buah manggis
· Kesimpulan : HA (Hipotesis alternatif) diterima sedangkan HO (Hipotesis nol) ditolak


Sumber Data :
·         http://charensha.wordpress.com/2011/02/23/pengertian-metode-ilmiah/
·         http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=88615
·         http://gsaturn.blogspot.com/2012/03/hasil-riset-kulit-manggis.html
·         http://www.xamthone.web.id/kulit-manggis-untuk-kesehatan.html
·         http://www.bebeja-agribisnis.com/aneka-riset-khasiat-kulit-manggis/
·         http://www.traditionalindonesianmedicine.com/blog/kulit-manggis/
·         http://bapelkesbatam.or.id/manfaat-kulit-si-ratu-buah-tropis/

1 komentar: