Kamis, 25 April 2013

INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA : STUDI PERBANDINGAN ANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA DAN MAHASISWA UNIVERSITAS ATMAJAYA


PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara dengan penduduk terpadat urutan ke empat didunia, Peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak banyak berarti bagi pengentasan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima karyawan baru sementara tingkat persaingan semakin tinggi. Tidak ada jaminan seorang sarjana mudah memperoleh pekerjaan.
Besarnya angkatan kerja ini kurang diimbangi dengan pemenuhan lapangan kerja. Sempitnya lapangan kerja membuat penganguran semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari angkatan kerja ini lebih memilih mencari kerja sebagai tujuan utama daripada berwirausaha. Oleh karena melimpahnya pencari kerja dan sempitnya lowongan kerja, perusahaan yang membutuhkan karyawan cenderung untuk mematok standar kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Kualitas sumber daya manusia menentukan keberhasilan kerja dan memperoleh pekerjaan.
Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini, yang umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan untuk menciptakan pekerjaan.
Mengingat kondisi sosial ekonomi sedang lemah serta sulitnya mencari pekerjaan di sektor pemerintahan atau pegawai negeri yang membutuhkan berbagai persyaratan melalui jenjang pendidikan, maka situasi tersebut menimbulkan semakin banyak peluang bagi orang-orang untuk mencari atau membentuk usaha pribadi melalui gagasan atau ketrampilan yang dimiliki. Pembangunan sumber daya manusia perlu dilaksanakan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu di berbagai bidang, terutama yang mencakup bidang pendidikan, latihan, serta penyediaan lapangan kerja. Salah satu usaha yang membutuhkan tantangan,ketrampilan,serta minat yang kuat tersebut adalah dengan berwirusaha.
Semula kewirausahaan hanya berkembang dalam bidang perdagangan tapi dalam bidang-bidang yang lain kewirausahaan sudah dijadikan pegangan untuk menciptakan perubahan, pembaharuan dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya digunakan untuk mencapai tujuan jangka pendek tapi juga untuk mencapai tujuan jangka panjang dan untuk menciptakan peluang usaha. Dalam bidang industri banyak perusahaan yang sukses dan memperoleh banyak peluang karena memiliki kreativitas dan keinovasian.
Wirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Wirausaha inilah yang mampu menciptakan lapangan kerja baru agar mampu menyerap tenaga kerja. Menjadi pengusaha merupakan alternatif pilihan yang tepat. Sekurang kurangnya dengan berwirausaha berarti menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri tidak perlu bergantung kepada orang lain dan apabila usahanya semakin maju akan membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Dengan meningkatnya  wirausahawan dari kalangan sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan. pemahaman dan penerapan terhadap kemampuan seseorang dalam menjalankan wirausaha tidak lepas dari kemampuan terhadap wawasan pengetahuan kewirausahaan.
Semakin meningkatnya persaingan usaha merupakan tantangan yang harus dihadapi bagi seorang wirausaha, dengan berbagai sarana dan pelayanan yang baik dengan tujuan dapat mengembangkan keberhasilan usahanya. Tujuan yang kurang jelas akan kurang memberikan motivasi pada individu untuk berusaha mencapai keberhasilan. Kekuatan mencapai kemajuan adalah kemauan yang keras dan tidak mudah menyerah pada keadaan apapun resikonya. Apabila tidak mampu menghadapi persaingan akan menjadi kendala dalam berwirausaha. Kenyataan menunjukkan bahwa sektor wirausaha mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat, baik di negara maju maupun negara berkembang karena dengan berwirausaha akan melatih kepribadian seseorang agar mempunyai pemikiran yang kreatif, kesiapan mental, tidak malas bekerja dan menciptakan berbagai pengalaman kerja yang lebih luas.
Pengaruh pendidikan kewirausahaan selama ini telah dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda. Terkait dengan pengaruh pendidikan kewirausahaan tersebut, diperlukan adanya pemahaman tentang bagaimana mengembangkan dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial.
Sikap, perilaku dan pengetahuan mereka tentang kewirausahaan akan membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha-usaha baru di masa mendatang. Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan . Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karier kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat yaitu menghasilkan imbalan finansial yang nyata.
Wirausahawan di berbagai industri membantu negara dalam hal menambahkan pilihan pekerjaan bagi masyarakat serta memberikan banyak pilihan barang dan jasa bagi konsumen baik dalam maupun luar negri. Oleh karena itu pemerintah mengharapkan para sarjana yang baru lulus mempunyai kemampuan dan keberanian untuk mendirikan bisnis baru meskipun secara ukuran bisnis termasuk kecil tetapi membuka kesempatan pekerjaan bagi banyak orang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul  “INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA : STUDI PERBANDINGAN ANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA DAN MAHASISWA UNIVERSITAS ATMAJAYA .”
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana komitmen dan konsep diri mampu menjelaskan bentuk kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
2.      Bagaimana variabel Kebutuhan akan pencapaian memengaruhi Intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
3.      Bagaimana variabel Efikasi diri memengaruhi Intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
4.      Bagaimana variabel Kesiapan instrumentasi memengaruhi Intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
5.      Bagaimana variabel Gender memengaruhi Intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
6.      Bagaimana variabel Prestasi akademik memengaruhi Intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya?
7.      Bagaimana variabel Pengalaman kerja memengaruhi Intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
8.      Bagaimana variabel kebutuhan akan pencapaian, efikasi diri, Kesiapan intrumentasi, Gender, Prestasi Akademik dan Pengalaman Kerja secara bersama-sama memengaruhi Intensi Kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?

1.3  Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Kebutuhan akan pencapaian, Efikasi diri, Kesiapan instrumentasi, dan intensi kewirausahaan.

1.4  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengukuran hasil dari variabel komitmen dan konsep diri untuk mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya.
2.      Untuk menganalisis pengaruh dari variabel Kebutuhan akan Pencapaian, Efikasi diri, Kesiapan intrumentasi, Gender, Prestasi Akademik dan Pengalaman Kerja terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya.

1.5  Manfaat Penelitian
  1. Bagi Penulis
Memperluas wawasan penulis tentang variabel komitmen dan konsep diri serta intensi kewirausahaan mahasiswa universitas Gunadarma, penelitian ini digunakan sebagai bahan perbandingan sampai sejauh mana teori-teori yang telah diperoleh selama masa diperkuliahan.
  1. Bagi Universitas Gunadarma
Sebagai sumbangan informasi mengenai intensi kewirausahaan mahasiswa antara mahasiswa Universitas Gunadarma dan Mahasiswa Universitas Atmajaya dan sebagai perhatian Universitas Gunadarma dibidang kewirausahaan.
  1. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan referensi yang kelak bermanfaat bagi penelitian-peneltian selanjutnya.





1.6  Kerangka Pemikiran
Penegasan istilah dalam skripsi ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan membatasi ruang lingkup hanya pada permasalahan yang akan diteliti sebagaimana adanya. Berdasarkan judul tersebut ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan tepatnya sebagai berikut:
1.  Pengertian Wirausaha
    Menurut Joseph Schumpeter yang dikutip oleh Buchari Alma (2006:22) wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Pada definisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
2.  Minat
Pengertian minat adalah kecenderungan seseorang untuk merasa tertarik atau senang terhadap objek, situasi atau ide-ide tertentu yang mengandung sangkut paut dengan dirinya dan cenderung mencari objek yang disenanginya itu. Sedangkan definisi minat berwiraswasta adalah kecenderungan atau ketertarikan individu melalui ide-ide yang dimiliki untuk melakukan usaha dengan karakteristik kepribadiannya berani mengambil resiko, dapat menerima tantangan, percaya diri, mempunyai kekuatan usaha, kreatif dan inovatif serta mempunyai ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan. Minat akan timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu dengan kebutuhan atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar akan sulit untuk berhasil.
3.  Intensi Kewirausahaan
     Penelitian untuk melihat aspek intensi kewirausahaan seseorang telah mendapat perhatian cukup besar dari para peneliti. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz dan Gartner, 1988). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Seperti yang dinyatakan oleh Krueger dan Carsrud (1993), intensi telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo dan Wong, 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penentu intensi kewirausahaan dengan menggabungkan tiga pendekatan (Indarti, 2004) yaitu 1) faktor kepribadian: kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri; 2) faktor lingkungan, yang dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal, informasi dan jaringan sosial; dan 3) faktor demografis: jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja.

Sumber : Nurul Indrati dan Rokhima Rostiani (2008)

Gambar 1.1 Model Penelitian
1.7  Hipotesis
Hipotesis    1:    Variabel komitmen dan konsep diri mampu membentuk kewirausahaan
Hipotesis    2:    Kebutuhan akan pencapaian memengaruhi intensi kewirausahaan
 Hipotesis    3:    Efikasi diri memengaruhi intensi kewirausahaan
 Hipotesis    4:    Kesiapan instrumen memengaruhi intensi kewirausahaan
 Hipotesis    5:    Gender  memengaruhi intensi kewirausahaan
 Hipotesis    6:    Prestasi akademik memengaruhi intensi kewirausahaan
 Hipotesis    7:    Pengalaman kerja memengaruhi intensi kewirausahaan
 Hipotesis    8:    Kebutuhan akan pencapaian, Efikasi diri, Kesiapan Intrumentasi, Gender, Prestasi Kerja dan Pengalaman kerja secara bersama-sama memengaruhi intensi kewirausahaan



TELAAH PUSTAKA

2.1 Kewirausahaan
2.1.1 Pengertian Kewirausahaan
Wirausaha merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata entrerpreneur. Dalam Bahasa Indonesia, pada awalnya dikenal istilah wirausaha yang mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri. Istilah tersebut kemudian berkembang menjadi wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan menjadi kewirausahaan. Wirausaha mempunyai arti seorang yang mampu memulai dan atau menjalankan usaha. Beberapa waktu yang lalu, kewirausahaan merupakan suatu yang berhubungan dengan pengalaman langsung praktek di lapangan, maka kewirausahaan merupakan bakat sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat diajarkan dan dipelajari. Tetapi sekarang kewirausahaan bukan hanya urusan di lapangan tapi merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan pada semua orang.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai kewirausahaan, menurut Suryana (2000:7) sebagai berikut:
a.       Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Sanusi dalam Suryana, 1994)
b.      Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan suatu yang baru dan berbeda (Drucker dalam Suryana, 1995)
c.       Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer dalam Suryana, 1996)
d.      Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovation) yang bermanfaat memberikan nilai lebih. (Suryana, 2000:8)
e.       Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang sudah ada dan menemukan cara baru dalam rangka memberikan kepuasan pada konsumen. (Suryana, 2000:8)
Berdasarkan beberapa konsep tentang kewirausahaan secara ringkas dapat disimpulkan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.

2.1.2  Karakteristik Kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep berbeda. Menurut Scarborough dan Zimmerer (dalam Suryana,2000: 8). Mengemukakan karakteristik-karakteristik wirausaha, yaitu:
1.       Desire for responsibility, yaitu memiliki tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2.       Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari resiko yang tinggi.
3.       Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
4.       Desire for immediate feed back, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera.
5.       High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6.       Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan.
7.       Skill at Organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8.       Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.

Sedangkan menurut Arthur Kuriloff dan John M. Mempil (dalam Suryana, 2000: 9). Mengemukakan bahwa karakteristik kewirausahaan meliputi komitmen, resiko yang moderat, peluang, obyektif, umpan balik, optimisme, uang, proaktif dalam manajemen. Dalam beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wirausaha harus selalu optimis dalam melakukan pekerjaannya sampai tujuan tercapai. Wirausaha harus tekun, ulet, tidak mudah putus asa sebelum tujuannya tercapai. Dalam bekerja wirausaha tidak asal berspekulasi tapi segala sesuatunya telah diperhitungkan sebelumnya. Karena itu wirausaha harus didukung dengan semangat yang tinggi. yang mendorong wirausaha terus berjuang mencari peluang sampai usahanya membuahkan hasil. Hasilhasil yang dicapai harus jelas dan obyektif, juga merupakan umpan balik bagi kelancaran usahanya. Dengan semangat yang tinggi karena usahanya berhasil, sehingga keuntungan uang yang diperoleh harus dikelola secara aktif dan dianggap sebagai sumber daya yang penting.

2.1.3 Fungsi Wirausaha
Menurut Suryana (2000: 50) dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi makro dan fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai penggerak pengendali dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Sedangkan secara mikro, peran wirausaha adalah penanggung resiko dan ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya, menurut Marzuki Usman (dalam Suryana, 2000: 51), secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu:
1.      Sebagai penemu (innovator)
Sebagai innovator wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan:
a. Produk baru (the new product)
b. Teknologi baru (the new technology)
c. Ide-ide baru (the new image)
d. Organisasi usaha baru (the new organization)
2.  Sebagai perencana (planner)
Sebagai planner wirausaha berperan dalam merancang:
a. Perencanaan perusahaan (corporate plan)
b. Strategi perusahaan (corporate strategy)
c. Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
d. Organisasi perusahaan (corporate organization)

2.1.4 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha
Menurut Buchari Alma (2006:4) menyatakan bahwa :
Keuntungan menjadi wirausaha adalah:
1.      Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri.
2.      Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh.
3.      Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal.
4.      Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha  konkrit.
5.      Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.
Kelemahannya menjadi wirausaha adalah :
1.      Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko tersebut.
2.      Bekerja keras dan waktu /jam kerjannya panjang.
3.      Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab dia harus berhemat.
4.      Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.




2.1.5 Manfaat Wirausahaan
Menurut Retno Dewanti ( 2008:10) menyatakan bahwa Sebelum menjadi wirausahawan dapat mempertimbangkan manfaat menjadi wirausahawan dan menjadi pemilik bisnis. Manfaat itu antara lain:
1.      Peluang mengendalikan sendiri yaitu memberikan kebebasan dan peluang untuk menentukan sasaran yang penting bagi dirinya.
2.      Kesempatan melakukan perubahan yaitu melakukan perubahan yang dianggap penting.
3.      Peluang untuk menggunakan potensi sepenuhnya yaitu bisnis merupakan alat aktualisasi diri dimana pertumbuhan diri hanya dibatasi oleh bakat dan kekuatan sendiri.
4.      Peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas yaitu keuntungan tanpa batas bisa menjadi motivasi untuk menciptakan kekayaan atau memperoleh lebih banyak kesenangan.
5.      Peluang untuk berperan bagi masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usaha sendiri yaitu memberikan citra yang baik bagi perekonomian nasional atau masyarakat sekitar adalah kepuasan pribadi baginya.
6.      Peluang melakukan sesuatu yang disukai yaitu membuat pekerjaanya menjadi suatu kesenangan hidup karena mereka tertarik dan menyenangi pekerjaan tersebut.
2.2 Minat Berwirausaha
2.2.1 Pengertian  Minat
Minat adalah segala perbuatan manusia timbul karena dorongan dari dalam dan rangsang dari luar, tetapi tidak akan terjadi sesuatu jika tidak berminat. Secara umum minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu (Noeng Muhadjir, 1992: 72). Minat adalah seperangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka rasa takut atau kecenderungankecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu (Andi Mapiere, 1982: 60), sedangkan menurut Martensi (1988: 6), minat (interest) adalah tendensi suka atau senang diikuti dengan partisipasi terhadap kegiatan tertentu yang menjadi obyek kesukaannya.
Minat berdasarkan dari beberapa pendapat di atas adalah perasaan senang atau kecenderungan hati seseorang yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu dengan berpartisipasi terhadap kegiatan yang menjadi obyek kesukaannya itu. Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang sebab jika seseorang tersebut mempelajari sesuatu dengan penuh minat maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Selain itu minat adalah “perasaan tertarik atau berkaitan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada menyuruh” (Tarsis Tarmudji, 1991: 59). Minat seseorang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek lain. Dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek tertentu cenderung menaruh perhatian lebih besar. Kesadaran seseorang yang tertarik dan senang pada suatu usaha akan nampak dalam kegiatan mempelajari, memahami, dan berkecimpung dalam usaha itu. Aktivitas atau kegiatan yang dilandasi dengan minat kemungkinan besar akan berhasil, karena dilakukan dengan rasa senang dan tanpa paksaan.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi kebutuhannya. Seseorang yang berminat terhadap wirausaha akan merasa senang atau suka melakukan berbagai tindakan yang berhubungan dengan wirausaha. Minat bersifat pribadi, sehingga minat individu antara satu dengan yang lainnya berbeda. Bahkan minat pada diri seseorang dapat berbeda dari waktu ke waktu, karena minat merupakan kesediaan jiwa yang sifatnya untuk menerima sesuatu dari luar individu. Maka minat sekaligus kaidah pokok dalam menanggapi sesuatu, termasuk di dalamnya minat mahasiswa untuk berwirausaha.




2.2.2 Berwirausaha
Wirausaha adalah suatu kemauan keras dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat (Tarsis Tarmudji, 1996). Wirausaha juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber- sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Merediht, 2000).
Berwirausaha berdasarkan dari kedua pengertian di atas adalah berkemauan dan berkemampuan melihat kesempatan-kesempatan usaha untuk mengambil keuntungan dari padanya dengan mengambil tindakan yang tepat.

2.2.3 Pengertian Minat Berwirausaha
Menurut Yanto (1996: 23-24) minat wirausaha adalah kemampuan untuk memberanikan diri dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memecahkan permasalahan hidup, memajukan usaha atau menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. Minat wirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya. Santoso (1939: 19) Dari pengertian di atas maka yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha
            Dari berbagai pendapat para ahli dikutip dari Erlita Dhiah Utami  (2007: 29) dapat diambil kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwiraswasta dikelompokkan dalam 2 faktor yaitu:
A. Faktor Internal dengan beberapa indikator-indikator sebagai berikut :


1. Demografi
Faktor demografi merupakan faktor yang penting mempengaruhi seseorang tertarik untuk berwiraswasta. Kondisi demografi yang ada dalam diri seseorang dapat dipandang sebagai sesuatu yang mempengaruhi dalam keberhasilan usaha. Faktor demografi ini meliputi :
a. Usia
Usia kronologis seseorang yang merupakan usia ketika seseorang memulai karir sebagai wiraswasta. Hurlock (1999) berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan seiring dengan proses peerkembangan manusia.
b. Pengalaman
Pengalaman menjalankan usaha merupakan pendorong terbaik keberhasilan, terutama usaha baru itu berkaitan dengan pengalaman usaha sebelumnya. Kebutuhan akan pengalaman tergantung dari diri pribadi bagaimana dapat mencari atau mengelola pengalaman yang diperoleh. Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya dapat melihat lebih banyak jalan untuk membuka usaha baru.
c. Pendidikan
Pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal tersebut terkait langsung dengan bidang usaha yang dikelola. Semakin banyak seseorang tertarik untuk belajar dalam dunia pendidikan akan meningkatkan dalam usahanya.
2. Kepribadian
Karakteristik kepribadian individu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Seorang wiraswasta harus mempunyai jiwa pemimpin, siap mental untuk menghadapi segala resiko dan tantangan dalam hidupnya. Kepribadian yang matang untuk dapat menghadapi masalah dengan pikiran terbuka adalah sikap yang baik bagi seorang wiraswastawan. Kepribadian ini dibagi menjadi 2 aspek yaitu :
a. Tipe Kepribadian
1) Seseorang Yang Berprestasi (Achiever)
Wirausaha yang personal Achiever mempunyai ciri-ciri mempunyai kebutuhan akan prestasi dimana seseorang mendapat  prestasi atas kemampuannya dalam persaingan,selalu ingin mengetahui hasil karyanya secara nyata dan dapat mengelola saran dari orang lain. Seorang achiever juga mempunyai komitmen pribadi yang kuat dalam arti wirausaha mempunyai kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai pribadi atau rasa kesetiaan terhadap usaha pribadi.
2) Seorang Ahli Penjualan (Supersales Person)
Tipe wirausaha ini adalah mempunyai kemampuan berempati dengan mamahami secara lebih mendalam kebutuhan orang lain, membantu dan mengerti perasaan orang lain, serta kemampuan memasarkan dengan mempengaruhi orang lain untuk dapat tertarik pada pekerjaannya serta memiliki kemampuan sosialisasi yang baik.
3) Seorang Pemimpin (Real Managers)
Real Manager mempunyai ciri-ciri kebutuhan akan kepemimpinan yang merupakan kemampuan mengambil keputusan dan mempengaruhi orang lain melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan menggarakkan orang-orang agar mempunyai kesadaran mengikuti kehendaknya. Selain itu mempunyai kemampuan untuk bersaing yaitu kemampuan untuk menggerakkan usaha, memperbaiki untuk mendapatkan tempat atau kepercayaan yang lebih tinggi di masyarakat. Persaingan tersebut tentunya dalam hal yang positif atau persaingan yang sehat, tidak mengakibatkan pertentangan baru dan dapat mengendalikan dalam berbagai situasi.
4) Ahli Pengemuka Ide / Gagasan (Expert Idea Generation)
Tipe ini mempunyai karakteristik keinginan untuk berinovasi yaitu apabila individu dapat memecahkan masalah dan menemukan jalan keluarnya, dapat mencari gagasan dalam waktu singkat, serta membuat perubahan dengan cara baru. Disamping itu adanya keinginan untuk adaptif yaitu menyukai gagasan-gagasan, mengatasi perubahan dalam jangka waktu panjang melalui perbaikan dan peningkatan efisiensi secara terarah dan terencana.


b. Sifat-sifat / karakteristik wirausahawan
1) Pengendalian Diri
Sifat ini penting bagi seorang usahawan karena merupakan pengendalian atas kekuatan yang ada  oleh hal-hal di luar dirinya. Misalnya kemampuan, usaha yang individu lakukan. Wirausaha percaya bahwa kesuksesan usahanya tergantung pada kemampuan sendiri bukan dipengaruhi oleh faktor keberuntungan atau nasib.
2) Tingkat kemandirian / ketidaktergantungan tinggi
Tingkat kemandirian yang tinggi sangat penting untuk seorang wirausaha untuk tidak tergantung pada orang lain dan bebas untuk berekspresi.
3) Pengambil resiko
Seorang yang berwiraswasta harus siap untuk mengambil resiko akan suatu kerugian yang dihadapi dan tidak mudah menyerah. Pandangan dalam karir seharusnya melihat aspek positif dan negatif dengan tantngan yang berupa kerja keras, dan resiko pekerjaan.
4) Kebutuhan untuk berprestasi
Selain dapat mengontrol lingkungannya individu juga harus termotivasi untuk berprestasi untuk melakukan sebaik-baiknya pekerjaan yang membutuhkan informasi yang komplek.
5) Sikap Keterbukaan tinggi
Sikap keterbukaan sangat diperlukan untuk dapat peduli, menghargai dan membantu orang lain. Serta dapat membuka pikiran atau berbagi pengalaman atau ide dengan orang lain.
6) Mempunyai kepercayaan diri tinggi
Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Keinginan untuk menonjolkan karyanya atau kemampuan yang dimiliki tanpa malu atau rendah diri pada orang lain. Seorang wirausaha harus percaya bahwa kemampuan dan keahliannya layak untuk dipublikasikan.
7) Berorientasi Pada masa depan
Kekuatan untuk dapat mencapai tujuan adalah berpandangan positif ke depan. Suatu pemikiran dengan tujuan untuk keberhasilan usaha dan selalu memandang sesuatu yang akan dijalani bertujuan baik atau positif bagi pribadi maupun orang lain.
8) Berorientasi Pada Tugas
Seorang wirausaha selalu mengandalkan pada orientasi penyelesaian tugas dan berusaha untuk tepat waktu. Tugas tersebut adalah menuntut kerja keras dan kemauan usaha yang kuat untuk dapat menyelesaikannya agar dapat memenuhi kebutuhan orang lain dan memberikan hasil yang memuaskan.
3. Motivasi
Kekuatan motif merupakan pendorong yang penting atau diperlukan untuk dapat memulai suatu usaha. Munculnya motif dari dalam individu akan mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan suatu pekerjaan, oleh karena itu diperlukan adanya motivasi atau minat yang benar-benar kuat dari dalam pribadi. Motif ini tersebut dibagi dalam 2 aspek yaitu :
a. Motif untuk kreatif
Merupakan motivasi yang mendorong individu mengeluarkan pemikiran yang spontan dalam menghadapi suatu perubahan dengan memberi alternatif yang berbeda dari yang lain.
b. Motif untuk bekerja
Motif untuk bekerja yang ada pada individu cenderung memberikan semangat atau dorongan dalam mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta menjalankan tugas dalam pekerjaan.
B. Faktor Eksternal, meliputi:
1. Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang dalam suatu usaha. Lingkungan keluarga meliputi 2 aspek yaitu:
a. Interaksi dalam keluarga
Suatu keluarga akan menciptakan kondisi baik tidaknya suatu hubungan atau kegiatan yang individu lakukan. Dukungan dari keluarga akan memberikan proses kelancaran usahanya. Lingkungan keluarga yang harmonis dalam berinteraksi akan menunjang kesuksesan serta mengarahkan tenaga kerjanya lebih efisien.
b. Kondisi sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi keluarga juga menentukan seseorang berkemauan untuk membuka suatu usaha baru guna memenuhi kebutuhan. Kondisi sosial ekonomi mempengaruhi seseorang bekerja tergantung dari situasi ketika seseorang tersebut akan mendirikan usaha. Apabila seseorang tersebut berkeinginan keras membuka usaha maka faktor ekonomi tidak menjadi permasalahan yang besar. Situasi kerja dinilai sebagai sarana atau lingkungan tempat untuk memulai usaha. Seorang wirausaha dapat menciptakan pekerjaannya dalam situasi apapun melalui bakat dan ketrampilan yang dimiliki. Namun yang utama bagi seorang wirausaha adalah dapat mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju.
2. Lingkungan kerja
Kondisi fisik tempat kerja sangat mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena setiap saat seseorang bekerja maka akan masuk dan menjadi bagian dari lingkungan tempat kerja tersebut. Situasi kerja dinilai sebagai sarana atau lingkungan tempat untuk memulai usaha. Seorang wirausaha dapat menciptakan pekerjaannya dalam situasi apapun melalui bakat dan ketrampilan yang dimiliki. Namun yang utama bagi seorang wirausaha adalah dapat mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju.

2.3 Intensi Kewirausahaan
2.3.1 Pengertian Intensi Kewirausahaan
Penelitian untuk melihat aspek intensi kewirausahaan seseorang telah mendapat perhatian cukup besar dari para peneliti. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz dan Gartner, 1988). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Seperti yang dinyatakan oleh Krueger dan Carsrud (1993), intensi telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo dan Wong, 2006).

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan
Secara garis besar penelitian seputar intensi kewirausahaan dilakukan dengan melihat tiga hal secara berbeda-beda: karakteristik kepribadian; karakteristik demografis; dan karakteristik lingkungan. Beberapa peneliti terdahulu menurut membuktikan bahwa factor kepribadian seperti kebutuhan akan prestasi (McClelland, 1961; Sengupta dan Debnath, 1994) dan efikasi diri (Gilles dan Rea, 1999; Indarti, 2004) merupakan predictor signifikan intensi kewirausahaan.
Faktor demografi seperti umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang diperhitungkan sebagai penentu bagi intensi kewirausahaan. Sebagai contoh, penelitian dari India (Sinha, 1996) menemukan bahwa latar belakang pendidikan seseorang menentukan tingkat intense seseorang dan kesuksesan suatu bisnis yang dijalankan. Kristiansen (2001;2002a) menyebut bahwa faktor lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional serta faktor budaya dapat mempengaruhi intensi kewirausahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penentu intensi kewirausahaan dengan menggabungkan tiga pendekatan (Indarti, 2004) yaitu 1) faktor kepribadian: kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri; 2) faktor lingkungan, yang dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal, informasi dan jaringan sosial; dan 3) factor demografis: jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja.

2.3.2.1 Kebutuhan Akan Prestasi
McClelland (1961, 1971) telah memperkenalkan konsep kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu motif psikologis. Kebutuhan akan prestasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan (Lee, 1997: 103).
Lebih lanjut, McClelland (1976) menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang untuk memiliki intensi kewirausahaan. Menurutnya, ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu (a) menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan, (b) mau mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya, dan (c) memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil.

2.3.2.2 Efikasi diri
Bandura (1977: 2) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan intensi seseorang.
Senada dengan hal tersebut, Cromie (2000) menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan.

2.3.2.3 Elemen kontekstual
Tiga faktor lingkungan yang dipercaya mempengaruhi wirausaha yaitu akses mereka kepada modal, informasi dan kualitas jaringan sosial yang dimiliki, yang kemudian disebut kesiapan instrumen (Indarti, 2004).
a.         Akses Kepada Modal
Jelas, akses kepada modal merupakan hambatan klasik terutama dalam memulai usaha-usaha baru, setidaknya terjadi di negara-negara berkembang dengan dukungan lembaga-lembaga penyedia keuangan yang tidak begitu kuat (Indarti, 2004). Studi empiris terdahulu menyebutkan bahwa kesulitan dalam mendapatkan akses modal, skema kredit dan kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan usaha menurut calon-calon wirausaha di negara-negara berkembang (Marsden, 1992; Meier dan Pilgrim, 1994; Steel, 1994). Penelitian relatif baru menyebutkan bahwa akses kepada modal menjadi salah satu penentu kesuksesan suatu usaha (Kristiansen et al., 2003; Indarti, 2004).
b.        Ketersediaan Informasi
Ketersediaan informasi usaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru (Indarti, 2004) dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usaha (Duh, 2003; Kristiansen, 2002b; Mead & Liedholm, 1998; Swierczek dan Ha, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna (1994) di India membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu karakter utama seorang wirausaha.
c.       Jaringan Sosial
Mazzarol et al. (1999) menyebutkan bahwa jaringan sosial mempengaruhi intensi kewirausahaan. Jaringan sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua orang yang mencakup a) komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain; b) pertukaran barang dan jasa dari dua belah pihak; dan c) muatan normatif atau ekspektasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain karena karakter-karakter atau atribut khusus yang ada. Bagi wirausaha, jaringan merupakan alat mengurangi resiko dan biaya transaksi serta memperbaiki akses terhadap ide-ide bisnis, informasi dan modal (Aldrich dan Zimmer, 1986).

2.3.2.4 Faktor Demografis: Jender, Umur, Pendidikan Dan Pengalaman Bekerja
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa faktor-faktor demografis seperti jender, umur, pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang berpengaruh terhadap keinginannya untuk menjadi seorang wirausaha (Mazzarol et al., 1999; Tkachev dan Kolvereid, 1999).

a.    Jender
Pengaruh jender atau jenis kelamin terhadap intensi seseorang menjadi wirausaha telah banyak diteliti (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser, 1996; Schiller dan Crewson, 1997). Seperti yang sudah diduga, bahwa mahasiswa laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat dibandingkan mahasiswa perempuan. Secara umum, sektor wiraswasta adalah sektor yang didominasi oleh kaum laki-laki. Mazzarol et al., (1999) membuktikan bahwa perempuan cenderung kurang menyukai untuk membuka usaha baru dibandingkan kaum laki-laki.
b.   Umur
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinha (1996) di India, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar wirausaha yang sukses adalah mereka yang berusia relatif muda. Hal ini senada dengan Reynolds et al., (2000) yang menyatakan bahwa seseorang berusia 25-44 tahun adalah usia-usia paling aktif untuk berwirausaha di negara-negara barat. Hasil penelitian terbaru terhadap wirausaha warnet di Indonesia membuktikan bahwa usia wirausaha berkorelasi signifikan terhadap kesuksesan usaha yang dijalankan (Kristiansen et al., 2003). Senada dengan hal itu, Dalton dan Holloway (1989) membuktikan bahwa banyak calon wirausaha yang telah mendapat tanggung jawab besar pada saat berusia muda, bahkan layaknya seperti menjalankan usaha baru.
c.    Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha, seperti bisnis dan manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi keinginan dan minatnya untuk memulai usaha baru di masa mendatang. Sebuah studi dari India membuktikan bahwa latar belakang pendidikan menjadi salah satu penentu penting intensi kewirausahaan dan kesuksesan usaha yang dijalankan (Sinha, 1996). Penelitian lain, Lee (1997) yang mengkaji perempuan wirausaha menemukan bahwa perempuan berpendidikan universitas mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi untuk menjadi wirausaha.
d.   Pengalaman Kerja
Kolvereid (1996) menemukan bahwa seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya. Sebaliknya, secara lebih spesifik, penelitian yang dilakukan oleh Mazzarol et al., (1999) membuktikan bahwa seseorang yang pernah bekerja di sektor pemerintahan cenderung kurang sukses untuk memulai usaha. Namun, Mazzarol et al., (1999) tidak menganalisis hubungan antara pengalaman kerja di sektor swasta terhadap intensi kewirausahaan. Scott dan Twomey (1988) meneliti beberapa faktor seperti pengaruh orang tua dan pengalaman kerja yang akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu usaha dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi karyawan atau wirausaha. Lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda kondusif untuk kewirausahaan dan seseorang tersebut memiliki pengalaman yang positif terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan.

2.4 Kajian Penelitian Sejenis
          Kajian sejenis ini diambil dari penelitian yang memiliki kesamaan topik atau variabel yang diteliti oleh penulis, diantaranya adalah :
1.         Nama     : Erlita Dhiah Utami
Judul      :Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwiraswasta (studi  deskriptif pada usahawan rental komputer di sekaran gunung pati semarang)
Fakultas : Ilmu pendidikan Universitas negeri semarang 2007

Pada 21 aspek yaitu yang dalam taraf tinggi mempengaruhi minat berwiraswasta pada faktor internal adalah kebutuhan berprestasi, komitmen pribadi, empati, memasarkan usaha, kebutuhan akan kepemimpinan, kemampuan bersaing, inovasi dan adaptif yang termasuk dalam tipe-tipe kepribadian menunjukkan pengaruh yang positif terhadap minat berwiraswasta. Tipe-tipe kepribadian sangat penting dimiliki agar tercipta jiwa wiraswasta yang sesuai harapan. Faktor pengendalian diri, kemandirian, pengambil resiko, keterbukaan, kepercayaan diri, orientasi masa depan dan orientasi tugas merupakan sifat-sifat kepribadian wiraswasta yang harus dibina dan diterapkan agar dapat mencapai kesuksesan. Menurut Atik (2002) sifat-sifat kepribadian sebagai dasar utama yang harus dipelajari dan diterapkan dalam berwiraswasta. Dukungan atau motivasi menimbulkan sengat kerja yang positif juga memperlancar seseorang dalam dunia usaha. adanya motif kreatif dan motif bekerja yang tinggi dapat mendorong dari dalam diri individu untuk lebih bersemangat dalam memajukan usaha.

2.         Nama     : Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani
Judul        : Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang Dan Norwegia
Fakultas : Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, 2008

 Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah:
1.      Secara umum, penelitian menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan berbeda antara satu negara dengan negara yang lain. Efikasi diri terbukti mempengaruhi intensi mahasiswa Indonesia dan Norwegia. Kesiapan instrumen dan pengalaman bekerja sebelumnya menjadi faktor penentu intensi kewirausahaan bagi mahasiswa Norwegia. Latar belakangan pendidikan menjadi faktor penentu intensi bagi mahasiswa Indonesia, hanya dengan arah berlawanan.
2.      Kebutuhan akan prestasi, umur, dan jender tidak terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi kewirausahaan.
3.      Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel-variabel terkait dengan kepribadian, instrumen, dan demografi bersama-sama secara signifikan menentukan intensi kewirausahaan. Meskipun, kesemuanya hanya mampu menjelaskan sebesar 28,2% untuk Indonesia, 14,2% untuk Jepang dan 24,8% untuk Norwegia.


METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Pada penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah mahasiswa Universitas Gunadarma dan mahasiswa Universitas Atmajaya.

3.2 Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 (enam) variabel independen dan 1 (satu) variabel dependen. Yang termasuk kedalam variabel independen adalah Kebutuhan akan prestasi (NACH), Efikasi diri (SELFF), Kesiapan intrumentasi (INSTRU), Gender, Prestasi Akademik, dan Pengalaman kerja sedangkan variabel dependennya adalah Intensi Kewirausahaan (INTENT). Variabel Operasional diantaranya :
Kebutuhan Akan Prestasi (NACH)
McClelland (1976) menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang untuk memiliki intensi kewirausahaan.

Efikasi Diri (SELFF)
Bandura (1977: 2) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Kesiapan Intrumentasi (INSTRU)
Tiga faktor lingkungan yang dipercaya mempengaruhi wirausaha yaitu akses mereka kepada modal, informasi dan kualitas jaringan sosial yang dimiliki, yang kemudian disebut kesiapan instrumen (Indarti, 2004).
a.      Jender
Mazzarol et al., (1999) membuktikan bahwa perempuan cenderung kurang menyukai untuk membuka usaha baru dibandingkan kaum laki-laki.

b.      Prestasi Akademik
Semakin tinggi Prestasi akademik dipercaya akan mempengaruhi keinginan dan minatnya untuk memulai usaha baru di masa mendatang
c.       Pengalaman kerja
Kolvereid (1996) menemukan bahwa seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya.

Intensi Kewirausahaan (INTENT)
Intensi (intention) berasal dari kata to intent dan diartikan sebagai usaha yang disadari untuk mencapai tujuan atau sasaran serta berhubungan dengan sikap dan perilaku, intensi juga berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap objek perbuatannya. Keyakinan ini juga berhubungan dengan sikap, dan pada akhirnya juga berhubungan dengan perilaku. Keyakinan menjadi dasar sikap seseorang terhadap suatu perilaku.

Untuk mengukur Kebutuhan akan prestasi (NACH) digunakan pertanyaan mengenai tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan, Efikasi diri (SELFF) yang diukur adalah pertanyaan mengenai kepercayaan dirinya dalam menyelesaikan pekerjaannya, Kesiapan intrumentasi (INSTRU) untuk mengukur pertanyaan mengenai ketersediaan modal, informasi, dan jaringan sosial, serta Intensi Kewirausahaan (INTENT) digunakan pertanyaan mengenai pilihan antara menjadi wirausahawan atau karyawan, dimana penulis menggunakan dengan tipe likert. Pertanyaan ini mempunyai tingkatan dari sangat positif hingga negatif dengan skor tertinggi 5 dan terkecil 1. Gender diukur dari 0 = Pria dan 1 = Perempuan, Prestasi Akademik diukur dari 0 = Sedang dan 1 = Tinggi, dan Pengalaman kerja diukur dari 0 = Belum Bekerja dan 1 = Pernah Bekerja


3.3 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, Data yang digunakan penulis adalah data primer. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner yaitu mengajukan serangkaian pertanyaan tertulis kepada pihak yang terkait tentang data yang diperlukan. Kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup, yaitu kuesioner yang menyajikan pertanyaan dengan pilihan jawabannya.

3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Gunadarma dan Mahasiswa Universitas Atamajaya dimana sangat menarik untuk diteliti dibandingkan lainnya salah satu contohnya adalah keturunan cina tanpa kita harus meneliti dapat kita ketahui bahwa etos kerja keturunan cina dalam berwirausaha sudah baik, dan sebagian besar keturunan cina menjadi wirausahawan. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi keseluruhan yang dipilih secara cermat agar mewakili populasi itu. 
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampling acak sederhana (Random Sampling Method). Hal ini dikarenakan semua individu dalam populasi diberi peluang sama untuk diikutsertakan menjadi anggota sampel..

3.5 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh lalu diolah dengan menggunakan teknik deskritif kualitatif, yaitu pengolahan data berbentuk angka dengan disertakan penyabaran dalam bentuk tabel–tabel yang akan membantu didalam membaca data tersebut.

3.6 Teknik Analisis yang Digunakan
Penulis menghitung dengan menggunakan aplikasi software SPSS.



3.6.1 Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas agar data-data yang diperoleh valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS.
Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat (instrumen) dapat menjawab tujuan penelitian (Arif Pratisto, 2004). Pengujian validitas adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan indikator-indikator suatu konstruk (variabel laten) untuk mengukur konstruk tersebut secara akurat. Variabel indikator memenuhi kriteria valid jika memiliki Corrected Item-Total Correlation yang  bernilai positif. Jika masih terdapat nilai Corrected Item-Total Correlation yang negatif, maka harus dilakukan pengujian kembali sampai tidak ada Corrected Item-Total Correlation yang bernilai negatif.
Setelah dilakukan uji validitas, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengujian reliabilitas. Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator memiliki konsistensi yang tinggi dalam mengukur variabel laten.

3.6.2 Analisis Regresi Berganda
            Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,...Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing- masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.


Persamaan regresi linear berganda adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + …. + bnXn ....  (1)

Dimana :
Y                     = Intensi Kewirausahaan
X1                          = Kebutuhan akan pencapaian
X2                          = Efikasi diri
X3,                         = Kesiapan Instrumentasi
X4                          = Gender
 X5                         = Prestasi Kerja
 X6                   = Pengalaman Kerja
 a                    = Konstanta
 b1, b2               = Koefisien regresi