PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Besarnya
angkatan kerja ini kurang diimbangi dengan pemenuhan lapangan kerja. Sempitnya
lapangan kerja membuat penganguran semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar dari angkatan kerja ini lebih memilih mencari kerja sebagai
tujuan utama daripada berwirausaha. Oleh karena melimpahnya pencari kerja dan
sempitnya lowongan kerja, perusahaan yang membutuhkan karyawan cenderung untuk
mematok standar kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Kualitas sumber daya
manusia menentukan keberhasilan kerja dan memperoleh pekerjaan.
Pemerhati kewirausahaan
menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job
seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini disebabkan sistem
pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini, yang
umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan,
dan memarginalkan kesiapan untuk menciptakan pekerjaan.
Mengingat kondisi sosial ekonomi sedang lemah serta sulitnya mencari
pekerjaan di sektor pemerintahan atau pegawai negeri yang membutuhkan berbagai
persyaratan melalui jenjang pendidikan, maka situasi tersebut menimbulkan
semakin banyak peluang bagi orang-orang untuk mencari atau membentuk usaha
pribadi melalui gagasan atau ketrampilan yang dimiliki. Pembangunan sumber daya
manusia perlu dilaksanakan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu di berbagai
bidang, terutama yang mencakup bidang pendidikan, latihan, serta penyediaan
lapangan kerja. Salah satu usaha yang membutuhkan tantangan,ketrampilan,serta
minat yang kuat tersebut adalah dengan berwirusaha.
Semula kewirausahaan hanya berkembang dalam bidang
perdagangan tapi dalam bidang-bidang yang lain kewirausahaan sudah dijadikan
pegangan untuk menciptakan perubahan, pembaharuan dan kemajuan. Kewirausahaan
tidak hanya digunakan untuk mencapai tujuan jangka pendek tapi juga untuk
mencapai tujuan jangka panjang dan untuk menciptakan peluang usaha. Dalam bidang
industri banyak perusahaan yang sukses dan memperoleh banyak peluang karena
memiliki kreativitas dan keinovasian.
Wirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya
perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarya dan
mandiri. Wirausaha inilah yang mampu menciptakan lapangan kerja baru agar mampu
menyerap tenaga kerja. Menjadi pengusaha merupakan alternatif pilihan yang
tepat. Sekurang kurangnya dengan berwirausaha berarti menyediakan lapangan
kerja bagi diri sendiri tidak perlu bergantung kepada orang lain dan apabila
usahanya semakin maju akan membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Dengan meningkatnya wirausahawan dari kalangan sarjana akan
mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan
pekerjaan. pemahaman dan penerapan terhadap kemampuan
seseorang dalam menjalankan wirausaha tidak lepas dari kemampuan terhadap
wawasan pengetahuan kewirausahaan.
Semakin meningkatnya persaingan usaha merupakan tantangan yang harus
dihadapi bagi seorang wirausaha, dengan berbagai sarana dan pelayanan yang baik
dengan tujuan dapat mengembangkan keberhasilan usahanya. Tujuan yang kurang
jelas akan kurang memberikan motivasi pada individu untuk berusaha mencapai
keberhasilan. Kekuatan mencapai kemajuan adalah kemauan yang keras dan tidak
mudah menyerah pada keadaan apapun resikonya. Apabila tidak mampu menghadapi
persaingan akan menjadi kendala dalam berwirausaha. Kenyataan menunjukkan bahwa
sektor wirausaha mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat, baik di
negara maju maupun negara berkembang karena dengan berwirausaha akan melatih
kepribadian seseorang agar mempunyai pemikiran yang kreatif, kesiapan mental,
tidak malas bekerja dan menciptakan berbagai pengalaman kerja yang lebih luas.
Pengaruh pendidikan kewirausahaan selama ini telah dipertimbangkan sebagai
salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan
perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda. Terkait dengan pengaruh
pendidikan kewirausahaan tersebut, diperlukan adanya pemahaman tentang
bagaimana mengembangkan dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang
potensial.
Sikap, perilaku dan pengetahuan mereka tentang kewirausahaan akan membentuk
kecenderungan mereka untuk membuka usaha-usaha baru di masa mendatang.
Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan
dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber
daya yang diperlukan . Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi
setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karier kewirausahaan
dapat mendukung kesejahteraan masyarakat yaitu menghasilkan imbalan finansial
yang nyata.
Wirausahawan di berbagai industri membantu negara dalam hal menambahkan
pilihan pekerjaan bagi masyarakat serta memberikan banyak pilihan barang dan
jasa bagi konsumen baik dalam maupun luar negri. Oleh karena itu pemerintah
mengharapkan para sarjana yang baru lulus mempunyai kemampuan dan keberanian
untuk mendirikan bisnis baru meskipun secara ukuran bisnis termasuk kecil
tetapi membuka kesempatan pekerjaan bagi banyak orang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA : STUDI
PERBANDINGAN ANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA DAN MAHASISWA UNIVERSITAS
ATMAJAYA .”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana komitmen dan konsep diri mampu menjelaskan bentuk kewirausahaan mahasiswa
Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
2. Bagaimana variabel Kebutuhan akan pencapaian memengaruhi Intensi
kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
3. Bagaimana variabel Efikasi diri memengaruhi Intensi kewirausahaan mahasiswa
Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
4. Bagaimana variabel Kesiapan instrumentasi memengaruhi Intensi kewirausahaan
mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
5. Bagaimana variabel Gender memengaruhi Intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas
Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
6. Bagaimana variabel Prestasi akademik memengaruhi Intensi kewirausahaan
mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya?
7. Bagaimana variabel Pengalaman kerja memengaruhi Intensi kewirausahaan
mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya ?
8. Bagaimana variabel kebutuhan akan pencapaian, efikasi diri, Kesiapan
intrumentasi, Gender, Prestasi Akademik dan Pengalaman Kerja secara
bersama-sama memengaruhi Intensi Kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma
dan Universitas Atmajaya ?
1.3 Batasan
Masalah
Masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada Kebutuhan akan pencapaian, Efikasi diri, Kesiapan
instrumentasi, dan intensi kewirausahaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengukuran hasil dari variabel komitmen dan konsep diri untuk
mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya.
2.
Untuk menganalisis pengaruh dari
variabel Kebutuhan akan Pencapaian, Efikasi diri, Kesiapan intrumentasi,
Gender, Prestasi Akademik dan Pengalaman Kerja terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa Universitas Gunadarma dan Universitas Atmajaya.
1.5 Manfaat
Penelitian
- Bagi Penulis
Memperluas wawasan penulis tentang
variabel komitmen dan konsep diri serta intensi kewirausahaan mahasiswa
universitas Gunadarma, penelitian ini digunakan sebagai bahan perbandingan
sampai sejauh mana teori-teori yang telah diperoleh selama masa diperkuliahan.
- Bagi Universitas Gunadarma
Sebagai sumbangan informasi mengenai
intensi kewirausahaan mahasiswa antara mahasiswa Universitas Gunadarma dan
Mahasiswa Universitas Atmajaya dan sebagai perhatian Universitas Gunadarma
dibidang kewirausahaan.
- Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah informasi dan referensi yang kelak bermanfaat bagi
penelitian-peneltian selanjutnya.
1.6 Kerangka
Pemikiran
Penegasan istilah
dalam skripsi ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan
membatasi ruang lingkup hanya pada permasalahan yang akan diteliti sebagaimana
adanya. Berdasarkan judul tersebut ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan
tepatnya sebagai berikut:
1. Pengertian
Wirausaha
Menurut Joseph Schumpeter yang dikutip oleh
Buchari Alma (2006:22) wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi
yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru, dengan menciptakan bentuk
organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Pada definisi ini ditekankan
bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian
menciptakan organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
2. Minat
Pengertian minat
adalah kecenderungan seseorang untuk merasa tertarik atau senang terhadap
objek, situasi atau ide-ide tertentu yang mengandung sangkut paut dengan
dirinya dan cenderung mencari objek yang disenanginya itu. Sedangkan definisi
minat berwiraswasta adalah kecenderungan atau ketertarikan individu melalui
ide-ide yang dimiliki untuk melakukan usaha dengan karakteristik kepribadiannya
berani mengambil resiko, dapat menerima tantangan, percaya diri, mempunyai
kekuatan usaha, kreatif dan inovatif serta mempunyai ketrampilan untuk memenuhi
kebutuhan. Minat akan timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu dengan kebutuhan
atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi
dirinya. Namun demikian minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar akan
sulit untuk berhasil.
3. Intensi
Kewirausahaan
Penelitian untuk melihat aspek
intensi kewirausahaan seseorang telah mendapat perhatian cukup besar dari para
peneliti. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian
informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha
(Katz dan Gartner, 1988). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan
memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan
dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Seperti yang
dinyatakan oleh Krueger dan Carsrud (1993), intensi telah terbukti menjadi
prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi
dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami
siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo dan Wong, 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penentu intensi
kewirausahaan dengan menggabungkan tiga pendekatan (Indarti, 2004) yaitu 1) faktor
kepribadian: kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri; 2) faktor lingkungan, yang
dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal, informasi dan jaringan sosial; dan
3) faktor demografis: jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja.
Sumber : Nurul Indrati dan
Rokhima Rostiani (2008)
Gambar 1.1 Model Penelitian
1.7 Hipotesis
Hipotesis 1: Variabel komitmen dan konsep diri mampu
membentuk kewirausahaan
Hipotesis 2: Kebutuhan akan pencapaian memengaruhi intensi
kewirausahaan
Hipotesis
3: Efikasi
diri memengaruhi intensi kewirausahaan
Hipotesis 4: Kesiapan
instrumen memengaruhi intensi kewirausahaan
Hipotesis
5: Gender memengaruhi intensi kewirausahaan
Hipotesis
6: Prestasi akademik memengaruhi intensi kewirausahaan
Hipotesis
7: Pengalaman kerja memengaruhi intensi kewirausahaan
Hipotesis
8: Kebutuhan akan pencapaian,
Efikasi diri, Kesiapan Intrumentasi, Gender, Prestasi Kerja dan Pengalaman
kerja secara bersama-sama memengaruhi intensi kewirausahaan
TELAAH PUSTAKA
2.1 Kewirausahaan
2.1.1 Pengertian
Kewirausahaan
Wirausaha
merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata entrerpreneur. Dalam Bahasa Indonesia, pada awalnya dikenal istilah wirausaha
yang mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri. Istilah tersebut kemudian
berkembang menjadi wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan menjadi kewirausahaan. Wirausaha mempunyai arti
seorang yang mampu memulai dan atau menjalankan usaha. Beberapa waktu yang
lalu, kewirausahaan merupakan suatu yang berhubungan dengan pengalaman langsung
praktek di lapangan, maka kewirausahaan merupakan bakat sejak lahir, sehingga
kewirausahaan tidak dapat diajarkan dan dipelajari. Tetapi sekarang
kewirausahaan bukan hanya urusan di lapangan tapi merupakan disiplin ilmu yang
dapat dipelajari dan diajarkan pada semua orang.
a. Kewirausahaan
adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber
daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Sanusi
dalam Suryana, 1994)
b. Kewirausahaan
adalah suatu kemampuan untuk menciptakan suatu yang baru dan berbeda (Drucker
dalam Suryana, 1995)
c. Kewirausahaan
adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer dalam Suryana,
1996)
d. Kewirausahaan
adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan
sesuatu yang berbeda (innovation) yang bermanfaat memberikan nilai
lebih. (Suryana, 2000:8)
e. Kewirausahaan
adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan
sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru,
menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan
jasa yang sudah ada dan menemukan cara baru dalam rangka memberikan kepuasan
pada konsumen. (Suryana, 2000:8)
Berdasarkan beberapa konsep tentang kewirausahaan
secara ringkas dapat disimpulkan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif
yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk
menghadapi resiko.
2.1.2 Karakteristik Kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan
dengan konsep berbeda. Menurut Scarborough dan Zimmerer (dalam Suryana,2000:
8). Mengemukakan karakteristik-karakteristik wirausaha, yaitu:
1. Desire
for responsibility, yaitu memiliki tanggung jawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Preference
for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang
moderat, artinya ia selalu menghindari resiko yang tinggi.
3. Confidence
in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya
untuk berhasil.
4. Desire
for immediate feed back, yaitu selalu menghendaki umpan
balik yang segera.
5. High
level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja
keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6. Future
orientation, yaitu berorientasi ke masa depan,
perspektif dan berwawasan jauh ke depan.
7. Skill
at Organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8. Value
of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi
dengan uang.
Sedangkan menurut Arthur Kuriloff dan John M. Mempil (dalam Suryana,
2000: 9). Mengemukakan bahwa karakteristik kewirausahaan meliputi komitmen,
resiko yang moderat, peluang, obyektif, umpan balik, optimisme, uang, proaktif
dalam manajemen. Dalam beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
wirausaha harus selalu optimis dalam melakukan pekerjaannya sampai tujuan
tercapai. Wirausaha harus tekun, ulet, tidak mudah putus asa sebelum tujuannya
tercapai. Dalam bekerja wirausaha tidak asal berspekulasi tapi segala
sesuatunya telah diperhitungkan sebelumnya. Karena itu wirausaha harus didukung
dengan semangat yang tinggi. yang mendorong wirausaha terus berjuang mencari
peluang sampai usahanya membuahkan hasil. Hasilhasil yang dicapai harus jelas
dan obyektif, juga merupakan umpan balik bagi kelancaran usahanya. Dengan
semangat yang tinggi karena usahanya berhasil, sehingga keuntungan uang yang
diperoleh harus dikelola secara aktif dan dianggap sebagai sumber daya yang
penting.
2.1.3 Fungsi Wirausaha
Menurut Suryana (2000: 50) dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha
memiliki dua fungsi, yaitu fungsi makro dan fungsi mikro. Secara makro,
wirausaha berperan sebagai penggerak pengendali dan pemacu perekonomian suatu
bangsa. Sedangkan secara mikro, peran wirausaha adalah penanggung resiko dan
ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan
berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan
fungsi mikronya, menurut Marzuki Usman (dalam Suryana, 2000: 51), secara umum
wirausaha memiliki dua peran, yaitu:
1. Sebagai
penemu (innovator)
Sebagai innovator wirausaha berperan
dalam menemukan dan menciptakan:
a. Produk
baru (the new product)
b.
Teknologi baru (the new technology)
c.
Ide-ide baru (the new image)
d.
Organisasi usaha baru (the new organization)
2. Sebagai perencana (planner)
Sebagai planner
wirausaha berperan dalam merancang:
a.
Perencanaan perusahaan (corporate plan)
b.
Strategi perusahaan (corporate strategy)
c.
Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
d.
Organisasi perusahaan (corporate organization)
2.1.4 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha
Menurut Buchari Alma (2006:4)
menyatakan bahwa :
Keuntungan menjadi wirausaha adalah:
1. Terbuka
peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri.
2. Terbuka
peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh.
3. Terbuka
peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal.
4. Terbuka
peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkrit.
5. Terbuka
kesempatan untuk menjadi bos.
Kelemahannya menjadi wirausaha adalah :
1. Memperoleh
pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah
diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko
tersebut.
2. Bekerja
keras dan waktu /jam kerjannya panjang.
3. Kualitas
kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab dia harus berhemat.
4. Tanggung
jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang
menguasai permasalahan yang dihadapinya.
2.1.5
Manfaat Wirausahaan
Menurut Retno Dewanti ( 2008:10)
menyatakan bahwa Sebelum menjadi wirausahawan dapat mempertimbangkan manfaat
menjadi wirausahawan dan menjadi pemilik bisnis. Manfaat itu antara lain:
1. Peluang
mengendalikan sendiri yaitu memberikan kebebasan dan peluang untuk menentukan
sasaran yang penting bagi dirinya.
2. Kesempatan
melakukan perubahan yaitu melakukan perubahan yang dianggap penting.
3. Peluang
untuk menggunakan potensi sepenuhnya yaitu bisnis merupakan alat aktualisasi
diri dimana pertumbuhan diri hanya dibatasi oleh bakat dan kekuatan sendiri.
4. Peluang
untuk meraih keuntungan tanpa batas yaitu keuntungan tanpa batas bisa menjadi
motivasi untuk menciptakan kekayaan atau memperoleh lebih banyak kesenangan.
5. Peluang
untuk berperan bagi masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usaha sendiri yaitu
memberikan citra yang baik bagi perekonomian nasional atau masyarakat sekitar
adalah kepuasan pribadi baginya.
6. Peluang
melakukan sesuatu yang disukai yaitu membuat pekerjaanya menjadi suatu
kesenangan hidup karena mereka tertarik dan menyenangi pekerjaan tersebut.
2.2 Minat Berwirausaha
2.2.1
Pengertian Minat
Minat adalah segala perbuatan manusia timbul karena dorongan dari dalam dan
rangsang dari luar, tetapi tidak akan terjadi sesuatu jika tidak berminat.
Secara umum minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu (Noeng Muhadjir, 1992:
72). Minat adalah seperangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan,
harapan, pendirian, prasangka rasa takut atau kecenderungankecenderungan lain
yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu (Andi Mapiere, 1982:
60), sedangkan menurut Martensi (1988: 6), minat (interest) adalah
tendensi suka atau senang diikuti dengan partisipasi terhadap kegiatan tertentu
yang menjadi obyek kesukaannya.
Minat berdasarkan dari beberapa pendapat di atas adalah perasaan
senang atau kecenderungan hati seseorang yang mengarahkan individu kepada suatu
pilihan tertentu dengan berpartisipasi terhadap kegiatan yang menjadi obyek
kesukaannya itu. Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang sebab
jika seseorang tersebut mempelajari sesuatu dengan penuh minat maka dapat
diharapkan hasilnya akan lebih baik. Selain itu minat adalah “perasaan tertarik
atau berkaitan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada menyuruh” (Tarsis Tarmudji,
1991: 59). Minat seseorang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang
menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek lain. Dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas seseorang yang
berminat terhadap sesuatu obyek tertentu cenderung menaruh perhatian lebih
besar. Kesadaran seseorang yang tertarik dan senang pada suatu usaha akan
nampak dalam kegiatan mempelajari, memahami, dan berkecimpung dalam usaha itu.
Aktivitas atau kegiatan yang dilandasi dengan minat kemungkinan besar akan
berhasil, karena dilakukan dengan rasa senang dan tanpa paksaan.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu,
yaitu untuk memenuhi kebutuhannya. Seseorang yang berminat terhadap wirausaha
akan merasa senang atau suka melakukan berbagai tindakan yang berhubungan
dengan wirausaha. Minat bersifat pribadi, sehingga minat individu antara satu
dengan yang lainnya berbeda. Bahkan minat pada diri seseorang dapat berbeda
dari waktu ke waktu, karena minat merupakan kesediaan jiwa yang sifatnya untuk
menerima sesuatu dari luar individu. Maka minat sekaligus kaidah pokok dalam
menanggapi sesuatu, termasuk di dalamnya minat mahasiswa untuk berwirausaha.
2.2.2 Berwirausaha
Wirausaha adalah suatu kemauan keras dalam melakukan kegiatan yang
bermanfaat (Tarsis Tarmudji, 1996). Wirausaha juga dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber- sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Merediht, 2000).
Berwirausaha berdasarkan dari kedua pengertian di atas adalah
berkemauan dan berkemampuan melihat kesempatan-kesempatan usaha untuk mengambil
keuntungan dari padanya dengan mengambil tindakan yang tepat.
2.2.3 Pengertian Minat Berwirausaha
Menurut Yanto (1996: 23-24) minat wirausaha adalah kemampuan untuk
memberanikan diri dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memecahkan permasalahan
hidup, memajukan usaha atau menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada
pada diri sendiri. Minat wirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan
perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang
karena membawa manfaat bagi dirinya. Santoso (1939: 19) Dari pengertian di atas
maka yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan
serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan
terjadi, serta senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami.
2.2.4 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha
Dari berbagai pendapat para ahli dikutip dari
Erlita Dhiah Utami (2007: 29) dapat diambil kesimpulan faktor-faktor
yang mempengaruhi minat berwiraswasta dikelompokkan dalam 2 faktor yaitu:
A.
Faktor Internal dengan beberapa indikator-indikator sebagai berikut :
1. Demografi
Faktor demografi merupakan faktor yang
penting mempengaruhi seseorang tertarik untuk berwiraswasta. Kondisi demografi
yang ada dalam diri seseorang dapat dipandang sebagai sesuatu yang mempengaruhi
dalam keberhasilan usaha. Faktor demografi ini meliputi :
a. Usia
Usia kronologis seseorang yang
merupakan usia ketika seseorang memulai karir sebagai wiraswasta. Hurlock
(1999) berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan seiring dengan proses
peerkembangan manusia.
b. Pengalaman
Pengalaman menjalankan usaha merupakan
pendorong terbaik keberhasilan, terutama usaha baru itu berkaitan dengan
pengalaman usaha sebelumnya. Kebutuhan akan pengalaman tergantung dari diri
pribadi bagaimana dapat mencari atau mengelola pengalaman yang diperoleh.
Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya dapat melihat lebih
banyak jalan untuk membuka usaha baru.
c. Pendidikan
Pengetahuan yang diperoleh dari
pendidikan formal tersebut terkait langsung dengan bidang usaha yang dikelola.
Semakin banyak seseorang tertarik untuk belajar dalam dunia pendidikan akan
meningkatkan dalam usahanya.
2. Kepribadian
Karakteristik kepribadian individu
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Seorang wiraswasta harus
mempunyai jiwa pemimpin, siap mental untuk menghadapi segala resiko dan
tantangan dalam hidupnya. Kepribadian yang matang untuk dapat menghadapi
masalah dengan pikiran terbuka adalah sikap yang baik bagi seorang wiraswastawan.
Kepribadian ini dibagi menjadi 2 aspek yaitu :
a. Tipe Kepribadian
1) Seseorang Yang Berprestasi (Achiever)
Wirausaha yang personal Achiever
mempunyai ciri-ciri mempunyai kebutuhan akan prestasi dimana seseorang
mendapat prestasi atas kemampuannya
dalam persaingan,selalu ingin mengetahui hasil karyanya secara nyata dan dapat
mengelola saran dari orang lain. Seorang achiever juga mempunyai komitmen
pribadi yang kuat dalam arti wirausaha mempunyai kepercayaan dan penerimaan
terhadap tujuan-tujuan dan nilai pribadi atau rasa kesetiaan terhadap usaha
pribadi.
2) Seorang Ahli Penjualan (Supersales Person)
Tipe wirausaha ini adalah mempunyai
kemampuan berempati dengan mamahami secara lebih mendalam kebutuhan orang lain,
membantu dan mengerti perasaan orang lain, serta kemampuan memasarkan dengan
mempengaruhi orang lain untuk dapat tertarik pada pekerjaannya serta memiliki
kemampuan sosialisasi yang baik.
3) Seorang Pemimpin (Real Managers)
Real Manager mempunyai ciri-ciri kebutuhan akan
kepemimpinan yang merupakan kemampuan mengambil keputusan dan mempengaruhi
orang lain melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan
menggarakkan orang-orang agar mempunyai kesadaran mengikuti kehendaknya. Selain
itu mempunyai kemampuan untuk bersaing yaitu kemampuan untuk menggerakkan
usaha, memperbaiki untuk mendapatkan tempat atau kepercayaan yang lebih tinggi
di masyarakat. Persaingan tersebut tentunya dalam hal yang positif atau
persaingan yang sehat, tidak mengakibatkan pertentangan baru dan dapat
mengendalikan dalam berbagai situasi.
4) Ahli Pengemuka Ide / Gagasan (Expert Idea Generation)
Tipe ini mempunyai karakteristik
keinginan untuk berinovasi
yaitu apabila individu dapat memecahkan masalah dan menemukan jalan keluarnya,
dapat mencari gagasan dalam waktu singkat, serta membuat perubahan dengan cara
baru. Disamping itu adanya keinginan untuk adaptif yaitu menyukai gagasan-gagasan,
mengatasi perubahan dalam jangka waktu panjang melalui perbaikan dan
peningkatan efisiensi secara terarah dan terencana.
b. Sifat-sifat / karakteristik wirausahawan
1) Pengendalian Diri
Sifat ini penting bagi seorang usahawan
karena merupakan pengendalian atas kekuatan yang ada oleh hal-hal di luar dirinya. Misalnya
kemampuan, usaha yang individu lakukan. Wirausaha percaya bahwa kesuksesan
usahanya tergantung pada kemampuan sendiri bukan dipengaruhi oleh faktor
keberuntungan atau nasib.
2) Tingkat kemandirian /
ketidaktergantungan tinggi
Tingkat kemandirian yang tinggi sangat
penting untuk seorang wirausaha untuk tidak tergantung pada orang lain dan
bebas untuk berekspresi.
3) Pengambil resiko
Seorang yang berwiraswasta harus siap
untuk mengambil resiko akan suatu kerugian yang dihadapi dan tidak mudah
menyerah. Pandangan dalam karir seharusnya melihat aspek positif dan negatif dengan
tantngan yang berupa kerja keras, dan resiko pekerjaan.
4) Kebutuhan untuk berprestasi
Selain dapat mengontrol lingkungannya
individu juga harus termotivasi untuk berprestasi untuk melakukan
sebaik-baiknya pekerjaan yang membutuhkan informasi yang komplek.
5) Sikap Keterbukaan tinggi
Sikap keterbukaan sangat diperlukan
untuk dapat peduli, menghargai dan membantu orang lain. Serta dapat membuka
pikiran atau berbagi pengalaman atau ide dengan orang lain.
6) Mempunyai kepercayaan diri tinggi
Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang
harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Keinginan untuk menonjolkan karyanya
atau kemampuan yang dimiliki tanpa malu atau rendah diri pada orang lain.
Seorang wirausaha harus percaya bahwa kemampuan dan keahliannya layak untuk dipublikasikan.
7) Berorientasi Pada masa depan
Kekuatan untuk dapat mencapai tujuan
adalah berpandangan positif ke depan. Suatu pemikiran dengan tujuan untuk
keberhasilan usaha dan selalu memandang sesuatu yang akan dijalani bertujuan
baik atau positif bagi pribadi maupun orang lain.
8) Berorientasi Pada Tugas
Seorang wirausaha selalu mengandalkan
pada orientasi penyelesaian tugas dan berusaha untuk tepat waktu. Tugas
tersebut adalah menuntut kerja keras dan kemauan usaha yang kuat untuk dapat
menyelesaikannya agar dapat memenuhi kebutuhan orang lain dan memberikan hasil
yang memuaskan.
3. Motivasi
Kekuatan motif merupakan pendorong yang
penting atau diperlukan untuk dapat memulai suatu usaha. Munculnya motif dari
dalam individu akan mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan suatu
pekerjaan, oleh karena itu diperlukan adanya motivasi atau minat yang
benar-benar kuat dari dalam pribadi. Motif ini tersebut dibagi dalam 2 aspek
yaitu :
a. Motif untuk kreatif
Merupakan motivasi yang mendorong
individu mengeluarkan pemikiran yang spontan dalam menghadapi suatu perubahan
dengan memberi alternatif yang berbeda dari yang lain.
b. Motif untuk bekerja
Motif untuk bekerja yang ada pada
individu cenderung memberikan semangat atau dorongan dalam mengambil tindakan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta menjalankan tugas dalam pekerjaan.
B.
Faktor Eksternal, meliputi:
1. Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga dapat mempengaruhi
berhasil tidaknya seseorang dalam suatu usaha. Lingkungan keluarga meliputi 2
aspek yaitu:
a. Interaksi dalam keluarga
Suatu keluarga akan menciptakan kondisi
baik tidaknya suatu hubungan atau kegiatan yang individu lakukan. Dukungan dari
keluarga akan memberikan proses kelancaran usahanya. Lingkungan keluarga yang
harmonis dalam berinteraksi akan menunjang kesuksesan serta mengarahkan tenaga
kerjanya lebih efisien.
b. Kondisi sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi keluarga juga
menentukan seseorang berkemauan untuk membuka suatu usaha baru guna memenuhi
kebutuhan. Kondisi sosial ekonomi mempengaruhi seseorang bekerja tergantung dari situasi ketika
seseorang tersebut akan mendirikan usaha. Apabila seseorang tersebut
berkeinginan keras membuka usaha maka faktor ekonomi tidak menjadi permasalahan
yang besar. Situasi kerja dinilai sebagai sarana atau lingkungan tempat untuk
memulai usaha. Seorang wirausaha dapat menciptakan pekerjaannya dalam situasi
apapun melalui bakat dan ketrampilan yang dimiliki. Namun yang utama bagi
seorang wirausaha adalah dapat mencari peluang atau mengambil inisiatif agar
usahanya bisa maju.
2. Lingkungan kerja
Kondisi fisik tempat kerja sangat
mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena setiap saat seseorang bekerja maka
akan masuk dan menjadi bagian dari lingkungan tempat kerja tersebut. Situasi
kerja dinilai sebagai sarana atau lingkungan tempat untuk memulai usaha.
Seorang wirausaha dapat menciptakan pekerjaannya dalam situasi apapun melalui
bakat dan ketrampilan yang dimiliki. Namun yang utama bagi seorang wirausaha
adalah dapat mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju.
2.3 Intensi Kewirausahaan
2.3.1
Pengertian Intensi Kewirausahaan
Penelitian untuk melihat aspek intensi kewirausahaan seseorang telah
mendapat perhatian cukup besar dari para peneliti. Intensi kewirausahaan
dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pembentukan suatu usaha (Katz dan Gartner, 1988). Seseorang dengan intensi untuk
memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang
dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Seperti
yang dinyatakan oleh Krueger dan Carsrud (1993), intensi telah terbukti menjadi prediktor
yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan
sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi
wirausaha (Choo dan Wong, 2006).
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi
Kewirausahaan
Secara garis besar penelitian seputar intensi kewirausahaan
dilakukan dengan melihat tiga hal secara berbeda-beda: karakteristik kepribadian;
karakteristik demografis; dan karakteristik lingkungan. Beberapa peneliti terdahulu menurut membuktikan bahwa
factor kepribadian seperti kebutuhan akan prestasi (McClelland, 1961;
Sengupta dan Debnath, 1994) dan efikasi diri (Gilles dan Rea, 1999; Indarti, 2004)
merupakan predictor signifikan intensi kewirausahaan.
Faktor demografi seperti umur, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang diperhitungkan sebagai penentu bagi intensi
kewirausahaan. Sebagai contoh, penelitian dari India (Sinha, 1996) menemukan
bahwa latar belakang pendidikan seseorang menentukan tingkat intense seseorang dan
kesuksesan suatu bisnis yang dijalankan. Kristiansen (2001;2002a) menyebut bahwa
faktor lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional
serta faktor budaya dapat mempengaruhi intensi kewirausahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penentu intensi
kewirausahaan dengan menggabungkan tiga pendekatan (Indarti, 2004) yaitu 1) faktor
kepribadian: kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri; 2) faktor lingkungan, yang
dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal, informasi dan jaringan
sosial; dan 3) factor demografis: jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman
bekerja.
2.3.2.1 Kebutuhan
Akan Prestasi
McClelland (1961, 1971) telah memperkenalkan konsep kebutuhan akan
prestasi sebagai salah satu motif psikologis. Kebutuhan akan prestasi dapat
diartikan sebagai suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi
tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan (Lee, 1997: 103).
Lebih lanjut, McClelland (1976) menegaskan bahwa
kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang
akan mendorong seseorang untuk memiliki intensi kewirausahaan. Menurutnya,
ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi
yang tinggi, yaitu (a) menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan, (b)
mau mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya, dan (c) memiliki minat untuk
selalu belajar dari keputusan yang telah diambil.
2.3.2.2 Efikasi diri
Bandura (1977: 2) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan
seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan
kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka
percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang
peranan penting dalam pengembangan intensi seseorang.
Senada dengan hal tersebut, Cromie (2000) menjelaskan bahwa efikasi
diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya
tujuan yang sudah ditetapkan.
2.3.2.3 Elemen kontekstual
Tiga faktor lingkungan yang dipercaya mempengaruhi wirausaha yaitu
akses mereka kepada modal, informasi dan kualitas jaringan sosial yang
dimiliki, yang kemudian disebut kesiapan instrumen (Indarti, 2004).
a.
Akses Kepada Modal
Jelas,
akses kepada modal merupakan hambatan klasik terutama dalam memulai usaha-usaha
baru, setidaknya terjadi di negara-negara berkembang dengan dukungan lembaga-lembaga
penyedia keuangan yang tidak begitu kuat (Indarti, 2004). Studi empiris
terdahulu menyebutkan bahwa kesulitan dalam mendapatkan akses modal, skema kredit dan
kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan
usaha menurut calon-calon wirausaha di negara-negara berkembang (Marsden,
1992; Meier dan Pilgrim, 1994; Steel, 1994). Penelitian relatif baru
menyebutkan bahwa akses kepada modal menjadi salah satu penentu kesuksesan suatu
usaha (Kristiansen et al., 2003; Indarti, 2004).
b.
Ketersediaan Informasi
Ketersediaan
informasi usaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk
membuka usaha baru (Indarti, 2004) dan faktor kritikal bagi pertumbuhan
dan keberlangsungan usaha (Duh, 2003; Kristiansen, 2002b; Mead & Liedholm,
1998; Swierczek dan Ha, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna (1994)
di India
membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah
satu karakter utama seorang wirausaha.
c.
Jaringan Sosial
Mazzarol et
al. (1999) menyebutkan bahwa jaringan sosial mempengaruhi intensi kewirausahaan. Jaringan
sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua orang yang mencakup a)
komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain; b) pertukaran
barang dan jasa dari dua belah pihak; dan c) muatan normatif atau ekspektasi yang dimiliki
oleh seseorang terhadap orang lain karena karakter-karakter atau atribut khusus yang
ada. Bagi wirausaha, jaringan merupakan alat mengurangi resiko dan biaya transaksi
serta memperbaiki akses terhadap ide-ide bisnis, informasi dan modal (Aldrich dan Zimmer,
1986).
2.3.2.4 Faktor Demografis: Jender, Umur, Pendidikan Dan Pengalaman Bekerja
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa faktor-faktor
demografis seperti jender, umur, pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang
berpengaruh terhadap keinginannya untuk menjadi seorang wirausaha (Mazzarol et
al., 1999; Tkachev dan Kolvereid, 1999).
a.
Jender
Pengaruh
jender atau jenis kelamin terhadap intensi seseorang menjadi wirausaha telah banyak
diteliti (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser,
1996; Schiller dan Crewson, 1997). Seperti yang sudah diduga, bahwa
mahasiswa laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat dibandingkan mahasiswa perempuan.
Secara umum, sektor wiraswasta adalah sektor yang didominasi oleh kaum laki-laki.
Mazzarol et al., (1999) membuktikan bahwa perempuan cenderung kurang menyukai untuk
membuka usaha baru dibandingkan kaum laki-laki.
b.
Umur
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sinha (1996) di India, menunjukkan bahwa hampir
sebagian besar wirausaha yang sukses adalah mereka yang berusia relatif muda. Hal ini senada
dengan Reynolds et al., (2000) yang menyatakan bahwa seseorang berusia 25-44 tahun
adalah usia-usia paling aktif untuk berwirausaha di negara-negara barat. Hasil
penelitian terbaru terhadap wirausaha warnet di Indonesia membuktikan bahwa usia wirausaha
berkorelasi signifikan terhadap kesuksesan usaha yang dijalankan (Kristiansen et al., 2003). Senada dengan hal itu, Dalton dan Holloway (1989) membuktikan bahwa banyak calon
wirausaha yang telah mendapat tanggung jawab besar pada saat berusia muda, bahkan
layaknya seperti menjalankan usaha baru.
c. Latar Belakang Pendidikan
Latar
belakang pendidikan seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha, seperti bisnis
dan manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi keinginan dan minatnya untuk
memulai usaha baru di masa mendatang. Sebuah studi dari India membuktikan
bahwa latar belakang pendidikan menjadi salah satu penentu penting intensi
kewirausahaan dan kesuksesan usaha yang dijalankan (Sinha, 1996). Penelitian lain, Lee
(1997) yang mengkaji perempuan wirausaha menemukan bahwa perempuan berpendidikan
universitas mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi untuk menjadi wirausaha.
d.
Pengalaman Kerja
Kolvereid
(1996) menemukan bahwa seseorang yang memiliki pengalaman bekerja
mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah
bekerja sebelumnya. Sebaliknya, secara lebih spesifik, penelitian yang dilakukan oleh
Mazzarol et al., (1999) membuktikan bahwa seseorang yang pernah bekerja di
sektor pemerintahan cenderung kurang sukses untuk memulai usaha. Namun, Mazzarol et
al., (1999) tidak menganalisis hubungan antara pengalaman kerja di sektor swasta
terhadap intensi kewirausahaan. Scott dan Twomey (1988) meneliti beberapa faktor seperti
pengaruh orang tua dan pengalaman kerja yang akan mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap suatu usaha dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi
karyawan atau wirausaha. Lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa jika kondisi
lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda kondusif untuk kewirausahaan
dan seseorang tersebut memiliki pengalaman yang positif terhadap sebuah usaha, maka
dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan.
2.4 Kajian Penelitian Sejenis
Kajian sejenis ini diambil dari
penelitian yang memiliki kesamaan topik atau variabel yang diteliti oleh
penulis, diantaranya adalah :
1.
Nama : Erlita Dhiah Utami
Judul :Faktor-faktor
yang mempengaruhi minat berwiraswasta (studi deskriptif pada usahawan rental
komputer di sekaran gunung pati semarang)
Fakultas :
Ilmu
pendidikan Universitas negeri semarang 2007
Pada 21 aspek yaitu yang dalam taraf
tinggi mempengaruhi minat berwiraswasta pada faktor internal adalah kebutuhan
berprestasi, komitmen pribadi, empati, memasarkan usaha, kebutuhan akan
kepemimpinan, kemampuan bersaing, inovasi dan adaptif yang termasuk dalam
tipe-tipe kepribadian menunjukkan pengaruh yang positif terhadap minat
berwiraswasta. Tipe-tipe kepribadian sangat penting dimiliki agar tercipta jiwa
wiraswasta yang sesuai harapan. Faktor pengendalian diri, kemandirian,
pengambil resiko, keterbukaan, kepercayaan diri, orientasi masa depan dan
orientasi tugas merupakan sifat-sifat kepribadian wiraswasta yang harus dibina
dan diterapkan agar dapat mencapai kesuksesan. Menurut Atik (2002) sifat-sifat
kepribadian sebagai dasar utama yang harus dipelajari dan diterapkan dalam
berwiraswasta. Dukungan atau motivasi menimbulkan sengat kerja yang positif
juga memperlancar seseorang dalam dunia usaha. adanya motif kreatif dan motif
bekerja yang tinggi dapat mendorong dari dalam diri individu untuk lebih
bersemangat dalam memajukan usaha.
2.
Nama : Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani
Judul : Intensi Kewirausahaan
Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang Dan Norwegia
Fakultas :
Ekonomi,
Universitas Gadjah Mada, 2008
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil
penelitian ini adalah:
1. Secara umum, penelitian
menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan berbeda
antara satu negara dengan negara yang lain. Efikasi diri terbukti mempengaruhi
intensi mahasiswa Indonesia dan Norwegia. Kesiapan instrumen dan pengalaman
bekerja sebelumnya menjadi faktor penentu intensi kewirausahaan bagi mahasiswa
Norwegia. Latar belakangan pendidikan menjadi faktor penentu intensi bagi
mahasiswa Indonesia, hanya dengan arah berlawanan.
2. Kebutuhan akan prestasi,
umur, dan jender tidak terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi
kewirausahaan.
3. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa variabel-variabel terkait dengan kepribadian, instrumen, dan
demografi bersama-sama secara signifikan menentukan intensi kewirausahaan.
Meskipun, kesemuanya hanya mampu menjelaskan sebesar 28,2% untuk Indonesia,
14,2% untuk Jepang dan 24,8% untuk Norwegia.
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Pada penulisan skripsi ini yang
menjadi objek penelitian adalah mahasiswa Universitas Gunadarma dan mahasiswa
Universitas Atmajaya.
3.2 Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 6 (enam) variabel independen dan 1 (satu) variabel
dependen. Yang termasuk kedalam variabel independen adalah Kebutuhan akan
prestasi (NACH), Efikasi diri (SELFF), Kesiapan intrumentasi (INSTRU), Gender,
Prestasi Akademik, dan Pengalaman kerja sedangkan variabel dependennya adalah
Intensi Kewirausahaan (INTENT). Variabel Operasional diantaranya :
Kebutuhan Akan Prestasi (NACH)
McClelland (1976) menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai
salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang untuk
memiliki intensi kewirausahaan.
Efikasi Diri (SELFF)
Bandura (1977: 2) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan
seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kesiapan Intrumentasi (INSTRU)
Tiga faktor lingkungan yang dipercaya mempengaruhi wirausaha yaitu
akses mereka kepada modal, informasi dan kualitas jaringan sosial yang
dimiliki, yang kemudian disebut kesiapan instrumen (Indarti, 2004).
a. Jender
Mazzarol et
al., (1999) membuktikan bahwa perempuan cenderung kurang menyukai untuk
membuka usaha baru dibandingkan kaum laki-laki.
b. Prestasi
Akademik
Semakin tinggi Prestasi akademik dipercaya akan
mempengaruhi keinginan dan minatnya untuk memulai usaha baru di masa
mendatang
c. Pengalaman
kerja
Kolvereid
(1996) menemukan bahwa seseorang yang memiliki pengalaman bekerja
mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah
bekerja sebelumnya.
Intensi Kewirausahaan (INTENT)
Intensi (intention)
berasal dari kata to intent dan diartikan sebagai usaha yang disadari
untuk mencapai tujuan atau sasaran serta berhubungan dengan sikap dan
perilaku, intensi juga berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap objek perbuatannya.
Keyakinan ini juga berhubungan dengan sikap, dan pada akhirnya juga berhubungan
dengan perilaku. Keyakinan menjadi dasar sikap seseorang terhadap suatu perilaku.
Untuk mengukur Kebutuhan akan prestasi
(NACH) digunakan pertanyaan mengenai tanggung jawab terhadap pekerjaan yang
diberikan, Efikasi diri (SELFF) yang diukur adalah pertanyaan mengenai
kepercayaan dirinya dalam menyelesaikan pekerjaannya, Kesiapan intrumentasi
(INSTRU) untuk mengukur pertanyaan mengenai ketersediaan modal, informasi, dan
jaringan sosial, serta Intensi Kewirausahaan (INTENT) digunakan pertanyaan
mengenai pilihan antara menjadi wirausahawan atau karyawan, dimana penulis
menggunakan dengan tipe likert. Pertanyaan ini mempunyai tingkatan dari sangat
positif hingga negatif dengan skor tertinggi 5 dan terkecil 1. Gender diukur
dari 0 = Pria dan 1 = Perempuan, Prestasi Akademik diukur dari 0 = Sedang dan 1
= Tinggi, dan Pengalaman kerja diukur dari 0 = Belum Bekerja dan 1 = Pernah
Bekerja
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, Data yang
digunakan penulis adalah data primer. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan menggunakan kuesioner yaitu mengajukan serangkaian pertanyaan
tertulis kepada pihak yang terkait tentang data yang diperlukan. Kuesioner
dengan bentuk pertanyaan tertutup, yaitu kuesioner yang menyajikan pertanyaan
dengan pilihan jawabannya.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan
dari objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
Universitas Gunadarma dan Mahasiswa Universitas Atamajaya dimana sangat menarik
untuk diteliti dibandingkan lainnya salah satu contohnya adalah keturunan cina
tanpa kita harus meneliti dapat kita ketahui bahwa etos kerja keturunan cina
dalam berwirausaha sudah baik, dan sebagian besar keturunan cina menjadi
wirausahawan. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi keseluruhan yang
dipilih secara cermat agar mewakili populasi itu.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
sampling acak sederhana (Random Sampling
Method). Hal ini dikarenakan semua individu dalam populasi diberi peluang
sama untuk diikutsertakan menjadi anggota sampel..
3.5 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh lalu diolah dengan menggunakan teknik deskritif
kualitatif, yaitu pengolahan data berbentuk angka dengan disertakan penyabaran
dalam bentuk tabel–tabel yang akan membantu didalam membaca data tersebut.
3.6
Teknik Analisis yang Digunakan
Penulis menghitung dengan menggunakan aplikasi software SPSS.
3.6.1 Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan kualitas hasil
penelitian yang bermutu dan baik, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji
validitas dan reliabilitas agar data-data yang diperoleh valid dan reliabel.
Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan software SPSS.
Valid artinya data-data yang diperoleh
dengan penggunaan alat (instrumen) dapat menjawab tujuan penelitian (Arif
Pratisto, 2004). Pengujian validitas adalah pengujian untuk mengetahui
kemampuan indikator-indikator suatu konstruk (variabel laten) untuk mengukur
konstruk tersebut secara akurat. Variabel indikator memenuhi kriteria valid
jika memiliki Corrected Item-Total
Correlation yang bernilai positif.
Jika masih terdapat nilai Corrected
Item-Total Correlation yang negatif, maka harus dilakukan pengujian kembali
sampai tidak ada Corrected Item-Total
Correlation yang bernilai negatif.
Setelah dilakukan uji validitas, hal
selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengujian reliabilitas. Reliabilitas
(keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam
menjawab hal-hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner.
Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator memiliki
konsistensi yang tinggi dalam mengukur variabel laten.
3.6.2 Analisis Regresi
Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua
atau lebih variabel independen (X1, X2,...Xn)
dengan variabel dependen (Y). Analisis untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah masing- masing variabel
independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda
adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
+ …. + bnXn .... (1)
Dimana :
Y =
Intensi Kewirausahaan
X1 = Kebutuhan akan pencapaian
X2 = Efikasi diri
X3, = Kesiapan Instrumentasi
X4 = Gender
X5 =
Prestasi Kerja
X6 = Pengalaman Kerja
a
= Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi